Friday, January 21, 2011

Gayus Bernyanyi, Publik Terhenyak : Pernyataan Lengkap Gayus Setelah Divonis


Gayus lempar bola panas lagi. Pada persidangan terakhir, setelah divonis 7 tahun penjara dan denda 300 juta rupiah, Gayus menyampaikan beberapa pernyataan yang membuat yang kontroversial. Secara umum gayus menyampaikan bahwa kasusnya dipolitisasi oleh Satgas, lebih fantastis Gayus juga menyebutkan keterlibatan CIA dalam rekayasa kasusnya. Uniknya, Gayus menyatakan bahwa sang agen memberitahu Gayus bahwa dirinya adalah agen CIA, padahal seorang agen harusnya merahasiakan identitasnya sebagai agen rahasia suatu negara.
Berikut pernyataan lengkap Gayus yang penulis kutip dari salewangang01.blogspot.com.


"Saya sampaikan apresiasi saya yang setinggi-tingginya kepada majelis hakim yang dipimpin Ibu Albertina, di mana dalam memutus perkara mempertimbangkan berbagai aspek , tidak hanya fakta persidangan. Juga disebutkan tadi ada hal-hal yang memberatkan dan meringankan. 


Apa yang diputuskan majelis hakim tidak sama seperti apa yang dilakukan Jaksa Penuntut Umum di mana Jaksa Penuntut Umum menuntut secara membabi buta dan berdasarkan balas dendam seperti yang ada dalam surat dakwaan, tidak seperti pihak-pihak tertentu yang men-setting-setting satu perkara, mencicil-cicil satu perkara, yang menimbulkan kesan saya adalah penjahat nomor satu di Indonesia. 
Padahal, awalnya saya berkomitmen terhadap Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, khususnya Denny Indrayana dan Mas Ahmad Santosa untuk membongkar apa yang tidak beres dalam rangka supaya Indonesia menjadi lebih baik. 
Media juga terus terang memperburuk keadaan, bahwa seperti ini dijadikan alat politik, bahwa ada god father, ada yang beking, bahwa  saya pergi ke Bali bertemu Ical (Aburizal Bakrie), atau saya sering ke luar negeri. Itu semua tidak benar. 

Saya siap mempertanggungjawabkan semua yang dipersangkakan kepada saya secara pidana, tapi tolong jangan dijadikan alat politik. Dalam kesempatan ini saya juga ingin menyatakan kekecewaan yang sangat besar terhadap Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, khususnya Denny Indrayana, Mas Ahmad Santosa, termasuk juga Yunus Husein. 
Ada beberapa poin yang selama ini saya keep rapat-rapat dalam rangka saya ingin membantu, tapi rupanya perbuatan-perbuatan mereka malah memperkeruh suasana. Seolah-olah saya ini penjahat nomor satu.
Saya tiga kali bertemu Denny Indrayana pada 18 Maret, 22 Maret, dan 24 Maret 2010. Selama pertemuan itu, berulang kali Denny bilang, kalau bisa kasus mafia hukum dipegang KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), karena Denny tidak percaya pada Mabes Polri. 

Kedua, keberangkatan saya ke Singapura pada 24 Maret 2010 langsung ke bandara setelah bertemu Satgas karena disuruh Denny, agar saya tidak dijadikan korban bersama Andi Kosasih, menunggu sampai Haposan ditangkap terlebih dahulu. Jika Haposan sudah ditangkap maka Denny akan menjemput saya di Singapura dan membawa kembali saya ke Indonesia. 

Pada saat bertemu di Singapura, saya memberi tahu Denny dan Ota tentang uang lebih Rp50 miliar di safe deposit box. Namun saya tidak pernah beritahu itu dari mana. Di beberapa kesempatan, Denny dan Ota bilang itu dari Bakrie Grup. Saya tidak pernah menyatakan itu. 
Satgas yang mengarahkan dan mengalihkan isu dari mafia pajak yang kemungkinan melibatkan Direktur dan Dirjen Pajak atau mafia hukum yang kemungkinan melibatkan Cirus Sinaga, namun ditakutkan membongkar kasus Antasari, ke kasus kepergian ke Bali yang diduga bertemu Ical ke Macau dan Singapura untuk amankan aset dan dibeking orang kuat, dengan cara sengaja meng-upload gambar paspor ke twitter-nya. Sehingga perhatian orang tidak ke pejabat pajak yaitu Direktur dan Dirjen Pajak ataupun ke Cirus Sinaga. 
Denny tidak hanya berkomunikasi dengan istri saya untuk berkata jujur, tetapi memang ingin mengintimidasi istri saya. Denny bukannya berempati terhadap wanita yang sedang sedih dan tertekan karena suami dinpenjara, mengurus anak kecil, malah memaksa istri jujur apakah bertemu Ical di Bali. Padahal, istri sudah jujur tidak bertemu Ical di Bali. Kalau memang tidak bertemu, apa harus bilang bertemu?

Pada waktu bertemu di Singapura, Denny menjanjikan kepada saya. Apabila saya bongkar mafia hukum saya akan dibantu sebagai whistle blower, karena Denny dekat dengan media, dia akan omong tiap hari, sehingga hukuman saya akan diringankan. 

Kenyataannya justru Denny memojokkan saya terus-menerus dan menjadikan kasus saya sebagai alat politik. Khususnya tiga perusahaan Grup Bakrie yang disuruhnya untuk diungkap. Denny juga yang menjanjikan dia akan memastikan saya aman dan nyaman selama proses hukum berlangsung terhadap saya jika saya mau balik ke Indonesia dan kooperatif. 

Denny yang menyarankan saya memakai pengacara dari Adnan Buyung dan partner, dan mengantar istri dan ibu mertua saya menemui Bang Buyung. Namun justru Denny bermanuver sendiri yang merugikan luar biasa saya dan Bang Buyung, dengan selalu menembak Ical. Bukannya membongkar mafia pajak yang kemungkinan melibatkan Direktur dan Dirjen Pajak, atau membongkar peran Cirus Sinaga yang kemungkinan membongkar kasus Antasari. 

Satu hal lagi, berdasarkan cerita John Grice kepada saya, John Grice adalah agen CIA (agen intelijen Amerika). Dan semua kegiatannya diketahui dan direstui oleh salah seorang anggota Satgas."
Dengan pernyataan terbaru ini, maka penanganan kasus Gayus kini semakin rumit. Jika sebelumnya kasus Gayus selalu berkembang, kali ini Satgas turut dipertanyakan ke"bersih"annya. Presiden telah meminta Satgas menjawab tudingan Gayus tersebut.
Waduh, siapa yang benar nih. Walaupun Gayus belum membuktikan ucapannya (dan kita tidak seharsunya langsung percaya), tetap saja pernyataan Gayus yang fantastis ini bakal memberikan pengaruh besar.

No comments:

Post a Comment