Tuesday, September 6, 2011

KIB II Pro AS?

KIB II Pro AS?
Wikileaks memang tidak harus kita percaya, tidak wajib. Namun, apa yang dibocorklan wikileaks tentang dokumen rahasia kedubes AS di Jakarta berkode referensi 09JAKARTA1773 (dibuat 23 Oktober 2009) berjudul "Sekutu yang menjanjikan untuk kemitraan yang komprehensif dalam kabinat baru Indonesia" sepertinya dibenarkan oleh keadaan. Dokumen tersebut menyebutkan secara jelas beberapa menteri dalam jajaran Kabinet Indonesia II yang dinilai dapat menjadi sekutu potensial AS.
Di bidang ekonomi, ada Sri Mulyani Indrawati yang menjabat sebagai Menkeu, Marie Elka Pangestu yang menjabat Menteri Perdagangan dan MS Hidayat yang menjabat Menteri Perindustrian. MS Hidayat ini menurut Dubes AS saat itu, Cameron Hume disambut baik oleh kalangan pebisnis. Menko Perekonomian Hatta Rajasa disebut sebagai sekutu kuat SBY walaupun tidak memiliki rekam jejak dalam reformasi ekonomi.
Di bidang Polhukam, bidang yang dinilai sangat penting, Duber AS menyebutkan tokoh kunci yang harus dipegang adalah Menko Polhukam Djoko Suyanto. Djoko Suyanto ternyata alumni pelatihan di Nellis Air Force Base. Sedangkan Menhan Purnomo Yusgiantoro dilaporkan Hume, "...telah bekerja dengan kita dahulu untuk hal kontraterorisme,energi dan lainnya."
Beberpa menteri lainnya yang dianggap penting terutama adalah Menkes Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih. Terkait Endang, kedubes menanggapi, "ini pertanda baik". Endang diakui dekat dengan USAID dan tentu saja kita tidak mudah melupakan apa yang dilakukannya dalam kasus NAMRU. Menteri Lingkungan Hidup Gusti M Hatta ditandai sebagai 'akademisi yang dihormati' namun menteri yang dianggap paling penting dari semuanya adalah Menlu Marty Natalegawa. Kedubes AS sampai meminta perlakuan khusus untuk Marty. "Pos (Kedubes AS Jakarta) meminta Menlu Clinton menelepon Menlu baru Marty Natalegawa untuk memberinya ucapan selamat dengan jabatan barunya sesegera mungkin, juga merekomendasikan Mnelu Clinton untuk untuk mengirim surat resmi ucapan selamat tersebut, meminta pertemuan pada APEC bulan November dan memperkuat Natalegawa sebagai rekan", demikian pesan dalam dokumen tersebut.
Bocornya dokumen ini tentu menimbulkan kesan (yang juga sempat dibesar-besarkan) bahwa presiden menempatkan "antek-antek" AS sebagai pembantunya, dan dugaan ini kemudian mengarah pada "kebijakan-kebijakan RI ditunggangi kepentingan AS" atau "negara telah dibajak AS". Sekali lagi saya ulangi pernyataan di awal tulisan ini, Wikileaks memang tidak harus kita percaya, tidak wajib. Namun, apa yang dibocorklan wikileaks tentang dokumen rahasia kedubes AS berkode referensi 09JAKARTA1773 sepertinya dibenarkan oleh kenyataan. Lihat saja, apakah kebijakan Indonesia selama ini dirasakan lebih pro rakyat ketimbang pro (pengusaha dan investor) AS? Apakah politik luar negeri kita memang "bebas aktif" semata-mata untuk kemakmuran rakyat Indonesia?

gambar: theglobal-review.com
data: Medan Bisnis, Wikileaks: Sejumlah Menteri SBY Sekutu Potensial AS, 29 Agustus 2011.

No comments:

Post a Comment