Wednesday, May 18, 2011

Gawat! Produk Impor Mulai Geser Komoditas Asli Indonesia

Serbuan Produk Impor Menghajar Produk Lokal di Pasar Domestik

Selama ini kita sangat menyadari bahwa sejak keran perdagangan bebas belum dibuka pun produk-produk impor mulai memiliki segmen market tersendiri di pasar domestik. Produk-produk tersebut umumnya ada pada klasifikasi produk teknologi yang memang tidak terlalu pesat perkembangan produksinya di dalam negeri. Tapi tahukah kita, bahwa saat ini ketika negara kita telah menyepakati beberapa perjanjian perdagangan bebas bahkan produk-produk yang selama ini menjadi ciri dan merupakan komoditas asli bangsa Indonesia pun mulai tergeser?
Produk impor yang selama ini kita kenal mungkin teknologi mesin, IT, komunikasi mobile dan perangkat hi-tech lainnya. Namun sekarang produk impor juga merambah ke produk-produk pertanian dan peternakan seperti sayur-mayur, bauh-buahan, bahan makanan pokok, sapi, daging, dan lain-lain. Keputusan pemerintah yang berencana meninjau ulang regulasi impor memang memiliki alasan yang kuat, alasan itu adalah "ternyata" produk lokal bukannya kalah bersaing dengan produk impor, namun produk lokal memang tidak berdaya sama sekali bertarung dengan produk impor di pasar domestik (apalagi di pasar internasional).
Kekacauan iklim dan lingkungan Indonesia yang makin tak sehat (serta banyaknya lahan yang mulai tercemar), serta tern industrialisasi dan mulai ditinggalkannya identitas negara agraris secara tak sadar memukul produksi pertanian dan peternakan Indonesia. Banyaknya kegagalan panen memicu kenaikan harga, hal ini membuat konsumen melirik produk pertanian luar yang dijual dengan harga yang lebih murah. Satu hal lagi, produk impor umumnya unggul dala hal pengemasan, karena pertanian dan peternakan di luar negeri memang lebih maju berkat penerapan teknologi dan industrialisasi dalam dunia pertanian dan peternakan mereka. Imej barang impor "lebih baik, bersih dan berkualitas" juga mendongkrak dominasi produk impor pertanian dan peternakan di pasar dalam negeri. Kecintaan terhadap produ dalam negeri tentu bukan cinta buta. Agar dicintai konsumen, produk dalam negeri perlu lebih bersih, lebih berkualitas dan lebih murah.
Jika produk teknologi dari luar, produk pertanian dan peternakan juga dari luar, maka beberapa saat lagi kita mungkin akan sulit mendapatkan tulisan "made in Indonesia". Akankah kita akan menjadi pasar saja?

1 comment:

  1. tiba2 saya ingat diskusi tentang slogan cinta produk dalam negeri yang diusung oleh kementerian perindustrian dan perdagangan. tiba2 saya juga ingat diskusi di kelas tentang permendag 39/2010 tentang impor produk jadi yang dikhawatirkan akan menyebabkan deindustrialisasi.

    dan tiba2 saya juga kembali teringat bahwa industri yang unggul pada masa sebelum reformasi, seperti tekstil, perlahan tapi pasti banyak yang gulung tikar setelah ACFTA diberlakukan.

    Mengintip sedikit data Badan Pusat Statistik yang dirilis 1 Desember lalu, hingga November 2010, neraca perdagangan Indonesia-Cina mengalami defisit US$ 5,32 milyar. Nilai ekspor Indonesia ke Cina sebesar US$ 12,4 milyar, sedangkan impor mencapai US$ 17,7 milyar. Industri dalam negeri yang sudah terhimpit akan semakin terjepit.. Produsen akan lebih suka berdagang dibandingkan berproduksi.

    Dan mungkin suatu akan kita dengar, "Selamat tinggal produk Indonesia"

    ReplyDelete