Setelah 82 tahun, hari terakhir kongres pemuda II di Jakarta yang melahirkan sumpah pemuda, masih kita kenang hari ini sebagai hari sumpah pemuda. Namun, jika kita menengok kondisi putera puteri bangsa hari ini, rasa pilu mungkin akan menjalar karena begitu gencarnya serangan perusakan generasi bangsa mulai dari yang tampak nyata seperti narkoba, pergaulan bebas dan kenakalan remaja, hingga racun pemikiran seperti hedonisme, rasa malas, pemikiran serba instan, lemahnya semangat juang.
Itulah potret umum pemuda bangsa, walaupun di luar sana masih ada segelintir pemuda yang menyadari sejarah peran mereka sebelumnya dan bersungguh-sungguh menunaika peran mereka dalam sejarah. Biarlah kenangan 82 tahun lalu, membangkitkan kembali generasi bangsa hari ini yang terancam di ambang kehancuran.
Medio 1923, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Indonesische Vereeninging (kemudian berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air dan melihat fakta bahwa kekuatan perjuangan bangsa Indonesia yang masih terkotak-kotak dan minus nilai persatuan. Mereka kemudian memelopori pembentukan kelompok studi berfokus kebangsaan, maka lahirlah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studi Club) di Surabaya pada 29 Oktober 1924 oleh Soetomo dan Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori Soekarno pada 11 Juli 1925. Perhimpuna kaum intelektual yang terbesar mungkin adalah PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia) yang terinspirasi oleh pembentukan kelompok studi di Surabaya dan Bandung tersebut. PPPI berdiri September 1926, setelah pelaksanaan Kongres Pemuda I. PPPI kemudian menjadi pemrakarsa Kongres Pemuda II d Jakarta, 26-28 Oktober 1928 sebagai respon pemuda atas Kongres Pemuda I yang disebutkan dalam catatan sejarah ditunggangi kepentingan Zionis, Freemasonry dan Belanda. Kongres Pemuda II inilah yang kemudian melahirkan sumpah pemuda berikut ini.
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Lihatlah kerja pemuda bangsa saat itu, di tahun 1928 mereka telah memproyeksikan persatuan dan kemerdekaan Indonesia 17 tahun sebelum proklamasi didengungkan. Dan dengarlah, lagu kebangsaan Indonesia Raya telah mereka lantunkan sebelum ikrar sumpah pemuda
"...Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
HIduplah Indonesia Raya..."
17 tahun sebelum kemerdekaan dari penjajahan fisik diraih (karena memang kenyataannya kita baru merdeka dari penjajahan fisik, hingga hari ini), para pemuda pendiri bangsa tidak sekedar merangkai cita-cita mereka dalam mimpi, namun terus merajut mimpi itu hingga berwujud nyata. Sejarah mencatat mereka sebagai generasi awal pergerakan pemuda nasional yang dikenal sebagai angkatan '28, inspirasi bagi gerakan-gerakan pemuda berikutnya angkatan '45, angkatan '66, angkatan '74 dan angkatan'98.
Berikut ini adalah panitia Konres Pemuda II di Jakarta, 26-28 Oktober 1928.
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :
1. Abdul Muthalib Sangadji
2. Purnama Wulan
3. Abdul Rachman
4. Raden Soeharto
5. Abu Hanifah
6. Raden Soekamso
7. Adnan Kapau Gani
8. Ramelan
9. Amir (Dienaren van Indie)
10.Saerun (Keng Po)
11. Anta Permana
12.Sahardjo
13. Anwari
14. Sarbini
15. Arnold Manonutu
16. Sarmidi Mangunsarkoro
17. Assaat
18. Sartono
19. Bahder Djohan
20. S.M. Kartosoewirjo
21. Dali
22. Setiawan
23. Darsa
24. Sigit (Indonesische Studieclub)
25. Dien Pantouw
26. Siti Sundari
27. Djuanda
28. Sjahpuddin Latif
29. Dr.Pijper
30. Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
31. Emma Puradiredja
32. Soejono Djoenoed Poeponegoro
33. Halim
34. R.M. Djoko Marsaid
35. Hamami
36. Soekamto
37. Jo Tumbuhan
38. Soekmono
39. Joesoepadi
40. Soekowati (Volksraad)
41. Jos Masdani
42. Soemanang
43. Kadir
44. Soemarto
45. Karto Menggolo
46. Soenario (PAPI & INPO)
47. Kasman Singodimedjo
48. Soerjadi
49. Koentjoro Poerbopranoto
50. Soewadji Prawirohardjo
51. Martakusuma
52. Soewirjo
53. Masmoen Rasid
54. Soeworo
55. Mohammad Ali Hanafiah
56. Suhara
57. Mohammad Nazif
58. Sujono (Volksraad)
59. Mohammad Roem
60. Sulaeman
61. Mohammad Tabrani
62. Suwarni
63. Mohammad Tamzil
64. Tjahija
65. Muhidin (Pasundan)
66. Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
67. Mukarno
68. Wilopo
69. Muwardi
70. Wage Rudolf Soepratman
71. Nona Tumbel
Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang yaitu :
a. Kwee Thiam Hong
b. Oey Kay Siang
c. John Lauw Tjoan Hok
d. Tjio Djien kwie
Di hari sumpah pemuda ini, pemuda Indonesia di seluruh tanah air harus segera bangkit dari tidur panjangnya, tidak hanya untuk mengagumi sejarah para pendahulu yang bersepuh emas, namun untuk mengukir catatan prestasi baru dalam lembar peradaban bangsa kita, yang tak henti didera berbagai permasalahan. Bangkitlah pemuda, bangkitlah Indonesia.
sumber-sumber:
Sumpah Pemuda, Kisah Patriotisme Pemuda Indonesia untuk Mempersatukan Bangsa
Kisah di Balik Gedung Museum Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda: Wahai Pemuda, Nyalakan Semangatmu!!
Itulah potret umum pemuda bangsa, walaupun di luar sana masih ada segelintir pemuda yang menyadari sejarah peran mereka sebelumnya dan bersungguh-sungguh menunaika peran mereka dalam sejarah. Biarlah kenangan 82 tahun lalu, membangkitkan kembali generasi bangsa hari ini yang terancam di ambang kehancuran.
Medio 1923, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Indonesische Vereeninging (kemudian berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air dan melihat fakta bahwa kekuatan perjuangan bangsa Indonesia yang masih terkotak-kotak dan minus nilai persatuan. Mereka kemudian memelopori pembentukan kelompok studi berfokus kebangsaan, maka lahirlah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studi Club) di Surabaya pada 29 Oktober 1924 oleh Soetomo dan Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori Soekarno pada 11 Juli 1925. Perhimpuna kaum intelektual yang terbesar mungkin adalah PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia) yang terinspirasi oleh pembentukan kelompok studi di Surabaya dan Bandung tersebut. PPPI berdiri September 1926, setelah pelaksanaan Kongres Pemuda I. PPPI kemudian menjadi pemrakarsa Kongres Pemuda II d Jakarta, 26-28 Oktober 1928 sebagai respon pemuda atas Kongres Pemuda I yang disebutkan dalam catatan sejarah ditunggangi kepentingan Zionis, Freemasonry dan Belanda. Kongres Pemuda II inilah yang kemudian melahirkan sumpah pemuda berikut ini.
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Lihatlah kerja pemuda bangsa saat itu, di tahun 1928 mereka telah memproyeksikan persatuan dan kemerdekaan Indonesia 17 tahun sebelum proklamasi didengungkan. Dan dengarlah, lagu kebangsaan Indonesia Raya telah mereka lantunkan sebelum ikrar sumpah pemuda
"...Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka, merdeka
HIduplah Indonesia Raya..."
17 tahun sebelum kemerdekaan dari penjajahan fisik diraih (karena memang kenyataannya kita baru merdeka dari penjajahan fisik, hingga hari ini), para pemuda pendiri bangsa tidak sekedar merangkai cita-cita mereka dalam mimpi, namun terus merajut mimpi itu hingga berwujud nyata. Sejarah mencatat mereka sebagai generasi awal pergerakan pemuda nasional yang dikenal sebagai angkatan '28, inspirasi bagi gerakan-gerakan pemuda berikutnya angkatan '45, angkatan '66, angkatan '74 dan angkatan'98.
Berikut ini adalah panitia Konres Pemuda II di Jakarta, 26-28 Oktober 1928.
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :
1. Abdul Muthalib Sangadji
2. Purnama Wulan
3. Abdul Rachman
4. Raden Soeharto
5. Abu Hanifah
6. Raden Soekamso
7. Adnan Kapau Gani
8. Ramelan
9. Amir (Dienaren van Indie)
10.Saerun (Keng Po)
11. Anta Permana
12.Sahardjo
13. Anwari
14. Sarbini
15. Arnold Manonutu
16. Sarmidi Mangunsarkoro
17. Assaat
18. Sartono
19. Bahder Djohan
20. S.M. Kartosoewirjo
21. Dali
22. Setiawan
23. Darsa
24. Sigit (Indonesische Studieclub)
25. Dien Pantouw
26. Siti Sundari
27. Djuanda
28. Sjahpuddin Latif
29. Dr.Pijper
30. Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
31. Emma Puradiredja
32. Soejono Djoenoed Poeponegoro
33. Halim
34. R.M. Djoko Marsaid
35. Hamami
36. Soekamto
37. Jo Tumbuhan
38. Soekmono
39. Joesoepadi
40. Soekowati (Volksraad)
41. Jos Masdani
42. Soemanang
43. Kadir
44. Soemarto
45. Karto Menggolo
46. Soenario (PAPI & INPO)
47. Kasman Singodimedjo
48. Soerjadi
49. Koentjoro Poerbopranoto
50. Soewadji Prawirohardjo
51. Martakusuma
52. Soewirjo
53. Masmoen Rasid
54. Soeworo
55. Mohammad Ali Hanafiah
56. Suhara
57. Mohammad Nazif
58. Sujono (Volksraad)
59. Mohammad Roem
60. Sulaeman
61. Mohammad Tabrani
62. Suwarni
63. Mohammad Tamzil
64. Tjahija
65. Muhidin (Pasundan)
66. Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
67. Mukarno
68. Wilopo
69. Muwardi
70. Wage Rudolf Soepratman
71. Nona Tumbel
Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang yaitu :
a. Kwee Thiam Hong
b. Oey Kay Siang
c. John Lauw Tjoan Hok
d. Tjio Djien kwie
Di hari sumpah pemuda ini, pemuda Indonesia di seluruh tanah air harus segera bangkit dari tidur panjangnya, tidak hanya untuk mengagumi sejarah para pendahulu yang bersepuh emas, namun untuk mengukir catatan prestasi baru dalam lembar peradaban bangsa kita, yang tak henti didera berbagai permasalahan. Bangkitlah pemuda, bangkitlah Indonesia.
sumber-sumber:
Sumpah Pemuda, Kisah Patriotisme Pemuda Indonesia untuk Mempersatukan Bangsa
Kisah di Balik Gedung Museum Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda: Wahai Pemuda, Nyalakan Semangatmu!!
No comments:
Post a Comment